ANALISIS
UNSUR INTRINSIK
CERPEN
DEMI IBU
KARYA :
NADIATUL KHAIR
DISUSUN
OLEH :
NAMA : SELVY FARADILA
NISN : 9998170358
KELAS : IX A
DINAS
PENDIDIKAN DAN OLAHRAGA
SMP N 3
LUBUK BASUNG
TAHUN
PELAJARAN 2013/2014
PENGESAHAN
Persetujuan
Pembimbing
Judul : Menganalisis Unsur Intrisik Cerpen
Demi Ibu
Nama :
Selvy Faradila
NISN :
9998170358
Kelas : IX A
Lubuk
Basung, Desember 2013
Disetujui
Oleh
Wali
Kelas Guru Pembimbing
YENI GUSNITA SSi PRILDAYETTI
NIP.19750812 200604 2 002 NIP. 19590430 198301 2 001
Diketahui
oleh :
Kepala
Sekolah
FIRZAL
SPd.MM
NIP. 19640522 198803 1 004
KATA
PENGANTAR
Puji beserta syukur kita ucapkan kepada Allah
SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyiapkan tugas Bahasa Indonesia tentang “Menganalisis Unsur
Intrinsik Cerpen dengan Judul ‘Demi Ibu’ karya Nadiatul Khair” ini dengan baik,
walaupun masih banyak kekurangan.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1.
Buk Prildayetti selaku guru Bahasa Indonesia yang
telah mengajarkan dan memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyusun serta
membuat makalah ini.
2.
Papa dan Mama yang telah membimbing dan
memberikan motivasi serta materi kepada penulis dalam menyiapkan tugas ini.
3.
Serta rekan-rekan kelas IX A yang telah mendukung
penulis dalam menyelesaikan tugas ini.
Besar harapan penulis makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca serta dapat memberikan tambahan wawasan bagi pembaca khususnya
tentang menganalisis unsur intrinsik cerpen.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar makalah ini menjadi lebih baik.
Lubuk Basung, Desember 2013
Penulis
DEMI IBU
CERPEN
NADIATUL KHAIR
Setelah
Gilang keluar baru teringat olehku hal yang mau aku tanyakan padanya, tapi
kalau aku tanya sekarang pasti dia akan semakin ketus padaku, lebih baik aku
tanya sama dia saat dia tidak ketus lagi padaku. Hari pertama aku masuk
kesekolah baruku, rasanya deg-deg an, sebelum berangkat kami semua sarapan pagi
bersama dan saat itu teringat olehku bagaimana keadaan ibu sekarang di kampung,
perasaan sedih itu muncul lagi tapi aku tidak boleh memperlihatkan kesedihanku
di depan om dan tante. Sarapan pun selesai dan kami pun minta izin untuk pergi
kesekolah.
“Try,
kamu sama aku saja ya pergi sekolahnya?” tanya Kak Fikry padaku.
“Iiii……”
langsung di potong Gilang.
“Tidak,
Try pergi kesekolahnya bareng gue !” ucap Gilang sambil menarikku ke motornya.
Dan aku pun akhirnya pergi ke sekolah bersama Gilang, saat di atas motor
suasana pun menjadi hening, Gilang juga tak mengeluarkan 1 patah kata pun
untukku dari mulutnya.
“Apakah
dia marah padaku ?” tanyaku dalam hati.
“Lang..”
panggilku dari belakang.
“Iya,
ada apa ?” jawabnya dingin.
“Lang,
kamu kenapa sih kok ketus-ketus gitu padaku,memangnya aku ada salah apa sama
kamu ?” tanyaku memberanikan diri.
“Gak
kenapa-kenapa kok.” Jawabnya singkat.
Sungguh
aku merasa kesal dengan sikapnya dan aku memutuskan untuk diam saja, sampai
setengah jam perjalanan aku dan Gilang sampai di sekolah. Saat aku turun dari
motor aku merasa asing dengan suasana yang sekarang dan Gilang pun mulai
berjalan menuju kelasnya tapi aku tetap menyikutinya. Saat aku masuk dari gang
sekolah aku sudah menjadi pusat perhatian anak-anak satu sekolah.
“Aduh
malunya lagi….” ucapku dalam hati.
Sampai
juga aku dan Gilang di kelasnya dan aku memilih tempat duduk disamping Gilang
karena aku belum kenal dengan teman sekelasku. Bel masuk pun bunyi, tak lama
kemudian masuklah guru yang mengajar di jam pertama dan beliau memanggilku
kedepan kelas untuk memperkenalkan diri.
“Fitry,
silahkan kenalkan dirimu !” ucap guru yang mengajar.
“Iya
buk.” jawabku singkat.
“Assalamualaikum…”
kata pertama yang aku ucapkan.
“Waalaikum
salam…” jawab teman-teman sekelasku bersamaan.
“Perkenalkan
nama aku Fitry Haryani, aku berasal dari sekolah ……… dan disini aku tinggal
bersama Gilang di rumahnya.” ucapku sambil menunjuk kearah Gilang. Ternyata
semua siswa di kelas lansung melirik kearah Gilang, banyak bertanya dan Gilang
hanya diam dan menatapku tajam.
“Lang,
apa benar itu ?” tanya seluruh siswa didalam kelas bergantian. Setelah selesai
akupun kembali ke tempat dudukku. Jam pelajaran pun berakhir dan semua siswa
diperbolehkan keluar kelas, aku melihat Gilang pergi bersama temannya rasanya
aku mau ikut tapi aku takut nanti Gilang akan menjadi tambah ketus padaku dan
akhirnya aku memutuskan untuk pergi sendirian.
Tempat
yang pertama sekali aku kunjungi di sekolah baruku adalah perpustakaan karena
hobiku membacalah yang membuatku memutuskan untuk mengunjungi tempat ini dan disini
aku berkenalan dengan teman baruku bernama Sinta dan Yandi. Karena hobi kami
yang sama, sejak berkenalan di perpus kami pun menjadi tambah akrab dan
pertanyaanku sewaktu aku di kereta sudah terjawab walau tak semuanya. Setelah
sebulan lebih bersekolah akhirnya aku mempunyai banyak teman dan juga
prestasiku semakin hari semakin meningkat.
Dihari
libur sekolah aku tak tahu mau ngapain lagi karena semua tugas yang diberikan
sudah aku selesaikan, tiba-tiba aku teringat dengan ibuku. Rasanya ingin
pulang, aku ingin bertemu dengan ibu.
“Tante,
liburan sekolah besok aku pulang kampung ya, tan ?” ucapku.
“Kamu
sudah kangen ibumu ya, Try ?” tanya tante sambil tersenyum.
“Iya
tan,” jawabku.
“Iya,
tidak apa-apa tapi kamu perginya diantar Gilang pake mobil saja ya, Try.” ucap
tante Soraya.
“Tidak
usah tante, aku perginya sendiri saja, aku takut merepotkan Gilang,” jawabku.
“Tidak
apa-apa Try, nanti tante bilang pada Gilang.” ucap tante Soraya.
Beberapa
bulan sekolah akhirnya aku melaksanakan ujian semester pertamaku di sekolah
baru dan beberapa minggu setelah ujian hasilnya pun keluar, aku sangat senang
sekali karena aku mendapat juara pertama di kelas, aku sangat-sangat senang.
Sepulang sekolah aku buru-buru pergi kekamar dan berkemas. Hari yang
tunggu-tunggu akhirnya datang juga dan ternyata Gilang mau mengatarku pulang,
aku dan Gilang minta izin pada om dan tante.
“Try,
tante titip salam ya untuk ibumu, dan bilang pada ibumu kalau tante belum bisa
ikut kamu sekarang,” ucap tante Soraya.
“Iya
tante, setiba di kampung akan aku sampaikan pada ibu,” jawabku.
“Tante,
om, aku pergi dulu ya, assalamualaikum.” ucapku sebelum berangkat.
“Waalaikum
salam, hati-hati dijalan.” balas tante Soraya.
Diperjalanan
aku dan Gilang hanya diam saja, tak ada 1 patah kata pun yang keluar dari mulut
kami berdua. Setelah beberapa jam akhirnya Gilang memulai pembicaraan.
“Try..”
panggil Gilang.
“Iya,”
jawabku singkat.
“Try,
maaf ya, atas semua sikap aku padamu yang selalu ketus.” ucap Gilang.
“Gimana
ya ?” jawabku bercanda.
“Apa
kamu mau memaafkan ku ?” tanya Gilang lagi.
“Aku
akan maafin kamu tapi kamu bilang padaku kenapa kamu ketus seperti itu padaku.”
jawabku lagi.
“Awal
kamu kerumah aku sangat kesal Try, soalnya waktu kamu datang aku dan
teman-temanku berencana untuk pergi kemping bersama tapi mama melarangku karena
kedatanganmu dan aku gak pernah suka berbagi kamar dengan oranglain tapi karena
itu maunya mama aku menurutinya.” jelas Gilang.
“Aku
tak pernah marah padamu Lang, aku juga mengerti dengan posisi kamu waktu itu
dan kamu juga harus tahu kalau aku pindah sekolah juga karena ibu Lang, aku gak
mau menyetujui keputusan ibu walau dengan berat hati Lang.” jawabku tersenyum.
Setelah beberapa jam bercerita-cerita akhirnya aku sampai juga di rumah.
“Assalamualaikum.
Ibu,ibu,ibu……” ucapku di luar.
“Waalaikum
salam.” jawab ibu dari dalam sambil membukakan pintu.
“Ibu…”
ucapku sambil memeluk erat ibuku.
“Fitry…”
jawab ibu.
“Ibu,
aku rindu ibu, bu.” ucapku lagi.
“Ibu
juga merindukanmu nak…” jawab ibu.
“Oooh
iya bu, bu ini Gilang anaknya Tante Soraya, bu.” ucapku sambil memperkenalkan
Gilang pada ibu.
“Udah
besar nak Gilang ternyata ya..” ucap ibu sambil tersenyum.
“Iya
tante..” jawab Gilang tersenyum.
“Ayo,
ayo masuk nak..” ucap ibu pada Gilang.
Setelah
masuk aku lansung pergi kekamarku, soalnya aku sudah rindu dengan suasana
kamarku, setelah puas menikmati suasana kamarku lagi akupun bergegas keluar
untuk melihatkan hasil ujianku pada ibu dan kelihatannya ibu sangat senang
sekali. Selama dirumah aku membantu ibu bekerja diladang dan Gilang anak kota
pun juga membantu kami, senang sekali rasanya melakukan kegiatan yang sering
aku lakukan bersama ayah dan ibuku.
Setelah
1 minggu di rumah aku dan Gilang pun harus kembali ke Semarang karena lusa kami
sudah mulai masuk sekolah, sebelum berangkat aku meminta ibu untuk mengantarkan
ku kepemakaman ayah.
“Bu,
aku rindu dengan ayah bu, bu antarkan aku ke pemakaman ayah ya, bu ?” ucapku
pada ibu.
“Iya
nak, ibu juga kangen dengan ayah mu.” jawab ibu.
Aku,
ibu dan Gilang pergi ke pemakaman ayah disana aku meneteskan air mata karena
sudah terlalu rindu padanya. Setelah berdo’a aku, ibu dan Gilang pergi dari
pemakaman dan sesampai di rumah aku dan Gilang pamit pada ibu sebelum kami
berangkat.
“Ibu,
aku pergi dulu ya bu, jaga diri ibu baik-baik, ibu liburan besok aku juga akan
pulang lagi bu…” ucapku pada ibu.
“Iya
nak, kamu hati-hati disana ya, jaga dirimu baik-baik.” Jawab ibu.
“Tante,
aku juga pamit ya..” ucap Gilang.
“Iya
nak Gilang, hati-hati bawa mobilnya ya.” ucap ibu lagi.
“Iya
tante.” Jawab Gilang.
“Bu,
aku pergi dulu ya, assalamualaikum, bu.” ucapku.
“Waalaikum
salam, hati-hati dijalan..” jawab ibu.
Di
perjalanan terjadi suatu musibah pada Fitry dan Gilang, mereka ditabrak oleh
mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi dan untung saja mereka selamat dari
maut tapi sayangnya Fitry mengalami cedera pada tulang punggungnya sehingga dia
harus dibawa kerumah sakit secepatnya. Setelah sampai di rumah sakit Gilang
lansung menelfon mama dan papanya dan mereka sangat kaget sekali.
“Halo
mama, ma. Lang dan Fitry mendapat musibah ma, dan sekarang Fitry lagi kritis
ma, mama, mama bilangin Kak Fikry agar menjemput tante Rani ke rumahnya ma,
takutnya kalau Lang telfon nanti tante Rani bisa syok ma..” ucap Gilang pada
tante Soraya.
Beberapa
jam setelah Gilang nelfon, akhirnya tante Soraya dan suaminya datang dan ibuku
juga datang bersama kak Fikry, saat itu kondisiku sangat tak meyakinkan untuk
bisa terselamatkan lagi karena cedera yang ku alami terlalu parah tapi yang
maha kuasa berkata lain dan aku pun selamat.
Beberapa
minggu dirawat akupun di perbolehkan pulang dan tante Soraya meminta ibu untuk
tinggal bersama di Semarang dan ternyata ibu menerima permintaan tante Soraya
dan akhirnya aku dan ibu kembali bersama, aku dan Gilangpun baikkan dan kami
berdua semakin dekat saja dan aku mendapatkan teman-teman yang baik disekolahku
yang baru. Setelah tamat sekolah aku diterima di Universitas yang aku inginkan
dan juga aku sudah bisa membahagiakan ibuku. Kenangan aku bersama ayah dan
teman-temanku tak kan pernah ku lupakan sampai kapan pun dan aku akan
mengenangnya selama-lamanya.(***)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Cerpen merupakan salah satu bentuk karya sastra
selain novel dan roman. Cerpen merupakan karangan fiktif yang berisi sebagian
kehidupan seseorang atau kehidupan yang diceritakan secara ringkas yang
berfokus pada suatu tokoh (abcdanis.blogspot.com).
Karena bentuknya pendek, cerpen yang menurut penceritaan
yang serba ringkas, tidak sampai pada detil-detil khusus yang lebih bersifat
memperpanjang cerita. Cerpen sebagai karya fiksi dibangun oleh unsur-unsur pembangun
di dalamnya, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
Sebagai
karya sastra prosa, cerpen memiliki unsur dalam (intrinsik) yang membangunnya. Unsur
intrinsik adalah unsur dalam yang membentuk penciptaan karya sastra. Unsur intrinsik
yang terdapat pada karya sastra diantaranya, tema, tokoh, latar, penokohan,
alur, sudut pandang, amanat, gaya bahasa, tahapan alur, nilai kehidupan, dan
lain-lain. Unsur-unsur tersebut membentuk kesatuan yang utuh, satu unsur akan
mempengaruhi unsur lainnya. Dalam hal ini, saya akan menganalisis unsur
instrinsik cerpen yang berjudul “Demi
Ibu”.
1.2
BATASAN MASALAH
Dengan adanya unsur
intrinsik dan ekstrinsik yang membangun
suatu karya sastra, maka saya akan mencoba untuk menganalisis unsur intrinsik
cerpen yang berjudul “Demi ibu” karya Nadiatul Khair.
1.3
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang
dan batasan masalah diatas, saya mencoba mengidentifikasi jalan cerita
tersebut, diantaranya :
a. Apa
pengertian cerpen ?
b. Bagaimana
unsur intrinsik cerpen “Demi Ibu” karya Nadiatul Khair ?
c. Apa
bentuk nilai-nilai kehidupan yang terdapat dalam cerpen tersebut ?
1.4
TUJUAN
PENULISAN
Analisis
unsur intrinsik cerpen “ Demi Ibu “ karya Nadiatul Khair bertujuan untuk
mendiskripsikan tema, tokoh, latar, penokohan, alur, sudut pandang, amanat yang
tersirat, nilai kehidupan dalam cerpen, membandingkan nilai kehidupan dalam
cerpen dengan kehidupan sehari-hari, dan meneladani nilai kehidupan dalam
cerpen ini. Disamping itu, penulisan makalah ini juga bertujuan untuk memenuhi
tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia.
BAB
II
KERANGKA
TEORI DAN PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN CERPEN
Ä Pengertian
Cerpen Menurut Hendy (1991:184) adalah kisahan pendek yang mengandung
kisahan tunggal.
Ä Pengertian
Cerpen Menurut J.S. Badudu (1975:53) adalah cerita yang
menjurus dan konsentrasi berpusat pada satu peristiwa, yaitu peristiwa yang
menumbuhkan peristiwa itu sendiri.
Ä Sedangkan
menurut Susanto dalam Tarigan (1984 : 176) cerita pendek adalah cerita yang panjangnya
sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi rangkap yang terpusat
dan lengkap pada dirinya sendiri.
Ä Lalu
menurut Sumardjo dan Saini (1997 : 37) mengatakan bahwa cerita pendek adalah cerita atau
parasi (bukan analisis argumentatif) yang fiktif (tidak benar-benar terjadi
tetapi dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, serta relatif pendek).
Ä Aoh. KH, mendefinisikan bahwa cerpen adalah salah
satu ragam fiksi atau cerita rekaan yang sering disebut kisahan prosa pendek.
2.2 TEMA
Tema yaitu pokok pikiran atau
inti cerita sebuah karya sastra. Tema juga
sering disebut sebagai pokok cerita. Berdasarkan teori, tema mempunyai
pengertian sebagai berikut :
v Tarigan
(1993:125) mengemukakan bahwa tema adalah pandangan hidup yang tertentu
atau perasaan tertentu mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-nilai tertentu
yang membentuk atau membangun dasar/gagasan utama dari suatu karya sastra.
v Aminudin
(1995:91) : tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga
sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptanya.
Tema dalam cerpen “Demi Ibu” adalah KEKELUARGAAN
2.3 Tokoh
Tokoh yaitu pelaku yang terlibat dalam cerita. Tokoh
adalah pelaku yang mengemban peristiwa
dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita, sedangkan penokohan
adalah cara sastrawan menampilkan tokoh (Aminuddin, 1984:85). Ditinjau dari
peranan dan keterlibatan dalam cerita, tokoh dapat dibedakan atas :
- Tokoh
primer/utama
- Tokoh
sekunder/tokoh bawahan
- Tokoh
komplementer/tokoh tambahan(Sudjiman, 1988:17-20; Sukada, 1987:160;
Aminuddin:85-87).
Tokoh atau pelaku yang terdapat dalam cerpen ini
diantaranya :








2.4 Latar
Latar yaitu penggambaran baik itu tempat, waktu, maupun
suasana yang dihadirkan atau disajikan dalam suatu cerpen. Menurut Tarigan
(1984:136) latar atau setting
adalah latar belakang fisik, unsur tempat dan ruang dalam suatu cerita.
Dalam suatu cerita
latar dibentuk melalui segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan
dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya suatu peristiwa. Latar ini ada tiga
macam, yaitu:
a. Latar
waktu
Latar waktu
berhubungan dengan kapan terjadinya peristiwa dalam cerita.
b. Latar
tempat
Latar tempat
berhubungan dengan dimana terjadinya peristiwa yang merujuk pada lokasi
terjadinya peristiwa dalam cerita.
c. Latar
suasana
Latar suasana merujuk
pada keadaan atau perasaan tokoh dalam cerita tersebut.
Dalam cerpen ini,
dapat kita ketahui bahwa latar yang ada pada cerpen tersebut adalah

Ä Pagi hari
Ä Saat jam pelajaran pertama
Ä Saat jam pelajaran berakhir
Ä Di hari libur

Ä Diatas motor
Ä Di sekolah
Ä Di kelas
Ä Di perjalanan ke kampung
Ä Di rumah
Ä Di kamar
Ä Di pemakaman
Ä Di ladang
Ä Di rumah sakit

Ä
Sedih
Ä
Hening
Ä
Malu
Ä
Senang
2.5 Penokohan
Penokohan yaitu cara pengarang
menyampaikan sifat atau karakter pada masing-masing tokoh/pelaku dalam cerpen
tersebut. Biasanya pengarang menyampaikannya tidak secara tersurat, melainkan
tersirat atau kita dapat mengetahui sifat pelaku setelah membaca dan memahami
cerpen tersebut. Esten
(1984:27) mengemukakan bahwa “Penokohan yang baik adalah penokohan
yang berhasil menggambarkan tokoh-tokoh tersebut yang mewakili tipe-tipe
manusia yang dikehendaki tema dan amanat”.
Penokohan pada masing-masing tokoh dalam
cerpen Demi Ibu diantaranya :




2.6 Alur
Alur yaitu rangkaian peristiwa yang
disusun berdasarkan waktu terjadinya cerita. Menurut
Aminudin (1991:126) alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh
tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalani suatu cerita bisa berbentuk dalam
rangkaian peristiwa yang berbagai macam. Sedangkan menurut
Rusyana (1987:67) bahwa alur bukan sekedar urutan cerita dari A sampai Z,
melainkan merupakan hubungan sebab-akibat peristiwa yang satu dengan peristiwa yang
lain di dalam cerita.
Alur dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
a.
Alur maju
Alur maju yaitu pengarang menceritakan
peristiwa dari awal sampai akhir cerita atau berurutan.
b.
Alur
mundur
Alur mundur yaitu pengarang
menceritakan peristiwa dari akhir ke awal cerita.
c.
Alur
campuran
Alur campuran yaitu pengarang
menceritakan peristiwa secara acak bisa dari waktu yang sekarang (awal) lalu
diceritakan ke waktu yang lampau dan kembali lagi ke awal.
Alur pada cerpen demi ibu adalah maju, karena penulis menceritakan pengalamannya dari mulai
masuk sekolah di Semarang sampai akhirnya dia diterima di Universitas yang
diinginkannya.
Fitry mulai masuk sekolah barunya di Semarang. Beberapa bulan
sekolah, prestasinya semakin hari semakin meningkat dan mendapatkan juara pertama.
Hari libur Fitry pulang ke rumahnya untuk melepas rindu dengan ibunya. Seminggu
di rumah, dia kembali ke Semarang karena harus masuk sekolah. Setelah tamat,
Fitry melanjutkan pendidikannya di Universitas yang diinginkannya. Dan Fitrypun
dapat membahagiakan ibunya.
2.7 Sudut
Pandang
Sudut
pandang adalah posisi pengarang pada saat menuturkan cerita.
Sudut
pandang terbagi atas :
a.
Sudut
pandang orang pertama pelaku utama
Pada sudut pandang ini, pengarang sekaligus menjadi tokoh
utama yang biasanya menggunakan kata ganti aku, saya, beta, hamba, dan
lain-lain . Penulis adalah “aku” sebagai tokoh
utama cerita dan mengisahkan dirinya sendiri, tindakan, dan kejadian
disekitarnya.
b.
Sudut
pandang orang pertama pelaku sampingan
Pada sudut pandang ini pengarang memakai kata ganti aku,
tetapi dalam pemeranannya dia tidak sepenuhnya masuk ke dalam cerita. Misalnya
pada awal cerita pengarang masuk kedalam cerita, ditengah cerita terlibatlah
orang lain dalam cerita, diakhir cerita pengarang masuk lagi ke dalam cerita.
c.
Sudut
pandang orang ketiga serba tahu
Sudut pandang ini menggunakan
kata ganti mereka, ia, dia, atau sebutan nama.
Berdasarkan teori diatas, maka sudut pandang pada cerpen “Demi
Ibu” adalah orang pertama pelaku utama. Karena menggunakan kata aku.
2.8
Amanat
Amanat yaitu pesan yang disampaikan pengarang kepada pembaca
melalui cerita yang disajikan oleh pengarang. Pengarang menyampaikan pesan
kepada pembaca secara tersirat ( tersembunyi ) kita dapat menyetahui apa yang
disampaikan pengarang kepada kita setelah membaca dan memahami cerita secara
keseluruhan. Menurut Andy Santoso (1999 : 25) amanat
merupakan pesan yang tersirat/hal yang dapat di ambil dan direnungi dari
persitiwa dalam cerpen tersebut.
Berdasarkan teori diatas, maka pesan yang dapat kita ambil
dari cerpen ini adalah :



2.9
Gaya
Bahasa
Gaya
bahasa atau majas adalah bentuk bahasa yang digunakan pengarang dalam menulis
cerpen. Gaya bahasa atau majas digunakan pengarang untuk menarik minat pembaca
sekaligus untuk memperindah karya sastra yang diciptakannya.
Baribin (1985:64)
berpendapat bahwa gaya bahasa adalah tingkah laku pengarang dalam menggunakan
bahasa.
Menurut Wiyatmi
(2009:42) gaya (gaya bahasa) merupakan cara pengungkapan seorang yang khas bagi
seorang pengarang. Gaya meliputi penggunaan diksi (pilihan kata), imajeri
(citraan), dan sintaksis (pilihan pola kalimat).
Dengan adanya beberapa teori mengenai
gaya bahasa, maka dalam cerpen ini tidak terdapat gaya bahasa. Karena semua
kata dan kalimat dalam cerpen ini tidak menyimpang dari arti sebenarnya.
2.10
Tahapan
Alur
Tahapan
alur dapat dibagi atas beberapa tahap, diantaranya :
Ä Tahap
pengenalan : pada tahap ini, alur menceritakan pelaku/tokoh ataupun
latar cerita.
Ä Tahap
penampilan masalah : pada tahap ini menceritakan persoalan
yang di hadapi pelaku cerita.
Ä Tahap
konflik :
pada tahap ini digambarkan terjadinya perbedaan pendapat atau permasalahan
antara tokoh protagonis dan antagonis.
Ä Klimaks
:
pada tahap ini, pokok permasalahan sudah mencapai puncaknya.
Ä Tahap
penyelesaian : pada tahap ini, permasalahan yang terjadi sudah dapat
diatasi.
Berdasarkan
penjelasan diatas, maka tahapan alur pada cerpen diatas adalah :
Fitry ingin tahu mengapa Gilang ketus padanya. Diperjalanan ke
sekolah barunya, Fitry memberanikan diri untuk bertanya “Lang, kenapa sih kamu
ketus-ketus gitu padaku, memangnya aku ada salah apa sama kamu ?” Gilang hanya
menjawab dengan dingin “Gak kenapa-kenapa kok.” Fitry sungguh kesal dengan
sikap Gilang, tapi dia hanya bisa diam dan bersabar.
Waktu istirahat di sekolah, Fitry takut menghampiri Gilang
yang sedang bersama teman-temannya dan Fitry memutuskan untuk pergi ke
perpustakaan. Di sana Fitry berkenalan dengan Sinta dan Yandi.
Beberapa bulan sekolah, Fitry melaksanakan ujian dan mendapat
juara pertama. Fitry meminta izin pulang kampung kepada Tante Soraya karena
sudah rindu dengan sosok ibunya. Akhirnya Tante Soraya mengizinkannya dan
diantar oleh Gilang dengan mobilnya.
Diperjalanan pulang, Gilang memulai pembicaraan dan meminta
maaf kepada Fitry karena sikapnya yang ketus pada Fitry. Setelah seminggu
dirumah dan telah melepas rindu pada ibunya ( Tante Rani ), Fitry meminta izin
untuk kembali ke Semarang. Karena kurang hati-hati mengendarai mobil,
terjadilah kecelakaan. Fitry mengalami cedera tulang punggung, untung saja dia
bisa selamat.
Setelah tamat sekolah Fitry diterima di Universitas yang
diinginkannya dan dapat membahagiakan ibunya. Kenangan itu tidak dapat
dilupakannya.
2.11
Nilai-nilai
Kehidupan
Nilai
merupakan sesuatu yang bermakna dalam hidup seseorang. Nilai dalam suatu karya
sastra biasanya samar-samar/ tersirat. Nilai kehidupan yang biasanya terkandung
dalam karya sastra :
¯ Nilai moral berhubungan dengan perilaku dan
pembentukan akhlak.
¯ Nilai sosial berhubungan dengan hubungan
antarmanusia dalam lingkungan tertentu.
¯ Nilai budaya berhubungan dengan kebiasaan, adat
istiadat, dan pola piker masyarakat tertentu.
¯ Nilai agama berhubungan dengan norma-norma agama.
¯ Nilai psikologi berhubungan dengan kondisi
kejiwaan/batin tokoh-tokohnya.
¯ Nilai pendidikan berhubungan dengan perilaku baik,
dewasa, bermanfaat, dapat memilah baik dan buruk.
Dengan adanya pembagian nilai kehidupan dalam karya sastra, maka
nilai kehidupan yang ada dalam cerpen Demi ibu adalah :
a.
Nilai
Moral : Nilai yang berhubungan dengan perilaku dan pembentukan akhlak.
Nilai moral yang positif dalam cerpen ini terdapat pada sikap
Fitry (aku) yang selalu sabar dan mengerti dengan sikap Gilang yang ketus
padanya. “Sungguh aku merasa kesal dengan
sikapnya dan aku memutuskan untuk diam saja.” Selain itu watak Gilang yang
berani mengakui kesalahan juga termasuk nilai moral “Try, maaf ya, atas semua sikap aku padamu yang selalu ketus.” ucap Gilang.
Sedangkan nilai moral yang negatif terdapat pada sikap Gilang yang ketus pada
Fitry. “Setelah Gilang keluar baru
teringat olehku hal yang mau aku tanyakan padanya, tapi kalau aku tanya
sekarang pasti dia akan semakin ketus padaku.”. Disamping itu, Gilang juga
kurang hati- hati mengendarai mobilnya “Di
perjalanan terjadi suatu musibah pada Fitry dan Gilang, mereka ditabrak oleh
mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi………”
b.
Nilai
sosial : nilai yang berhubungan dengan hubungan antar manusia dalam lingkungan
tertentu.
Nilai sosial positif yang ada dalam cerpen ini yaitu sikap
Fitry (aku) dan Gilang yang patuh pada ibunya “Awal kamu kerumah aku sangat kesal Try, soalnya waktu kamu datang aku
dan teman-temanku berencana untuk pergi kemping bersama tapi mama melarangku
karena kedatanganmu dan aku gak pernah suka berbagi kamar dengan oranglain tapi
karena itu maunya mama aku menurutinya.” jelas Gilang.
“Aku tak
pernah marah padamu Lang, aku juga mengerti dengan posisi kamu waktu itu dan
kamu juga harus tahu kalau aku pindah sekolah juga karena ibu Lang, aku gak mau
menyetujui keputusan ibu walau dengan berat hati Lang.” jawabku tersenyum. Dan
Fitry juga orang yang pemaaf. “Aku akan
maafin kamu tapi kamu bilang padaku kenapa kamu ketus seperti itu padaku.”
“Aku tak pernah marah padamu Lang,……” Selain Fitry, Tante Rani juga memiliki nilai
sosial yang positif, yaitu sebagai orang tua ingin yang terbaik untuk anaknya,
sehingga dia rela berpisah dan menyuruh anaknya untuk sekolah dikota. “……kamu juga harus tahu kalau aku pindah
sekolah juga karena ibu Lang, aku gak mau menyetujui keputusan ibu walau dengan
berat hati Lang.” Tante Soraya
memiliki sifat yang pengertian “Kamu
sudah kangen ibumu ya, Try ?” tanya tante sambil tersenyum. “Iya, tidak apa-apa tapi kamu perginya
diantar Gilang pake mobil saja ya, Try.” ucap tante Soraya.
c.
Nilai
Pendidikan : berhubungan dengan perilaku baik, dewasa, bermanfaat, dapat
memilah baik dan buruk.
Nilai pendidikan positif dalam cerpen ini adalah Fitry (aku)
yang pintar “aku sangat senang sekali
karena aku mendapat juara pertama di kelas,”
2.12 Membandingkan Nilai Kehidupan dalam Cerpen
dengan Kehidupan Sehari-hari
Sikap sabar yang dilakukan Fitry pada Gilang tidak sama dengan
sikap yang saya lakukan karena saya benci atau sakit hati apabila orang yang
menganggap saya salah, tetapi dia tidak mau langsung mengungkapkan dimana salah
saya.
Patuh
kepada kedua orang tua yang dilakukan Gilang dan Fitry sama dengan yang saya
lakukan dengan kedua orang tua, karena saya menyadari bahwa apa yang dilakukan
orang tua pasti yang terbaik untuk anaknya.
Sikap
ketus apabila ada orang yang ingin menghambat rencana yang akan dilakukan
Gilang juga kadang-kadang sama dengan yang saya lakukan apalagi rencana untuk
berkumpul bersama teman-teman.
Kecerobohan
atau ketidak hati-hatian Gilang juga sama dengan yang saya. Kadang-kadang saya
ceroboh dan kurang hati-hati dalam melaksanakan sesuatu. Apalagi dalam hal yang
belum pernah saya lakukan sebelumnya.
2.13 Meneladani Nilai Kehidupan dalam Cerpen
Sikap yang ditampilkan oleh masing-masing tokoh dalam cerpen
ada yang bernilai positif dan ada yang bernilai negatif. Sifat bernilai positif
adalah suatu sikap yang baik yang bisa dicontoh atau diteladani oleh orang
banyak.
Berdasarkan cerpen “Demi Ibu” karya Nadiatul Khair, kita dapat
meneladani sikap:
1.
Mematuhi
perintah orang tua
Bukti :
Fitry dan Gilang yang mematuhi perintah ibunya meski hatinya merasa agak
berat untuk melakukannya.
2.
Sabar dan
tekun
Bukti : Berkat kesabaran dan ketekunan Fitry,
maka dia mendapat juara pertama di sekolahnya.
3.
Berani
mengungkapkan kesalahan
Bukti : Gilang tidak enggan atau malu untuk
mengungkapkan kesalahan yang dilakukannya selama ini dengan Fitry.
4.
Pemaaf
Bukti : Fitry memaafkan semua kesalahan
Gilang.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setelah
menganalisis unsur intrinsik cerpen diatas, kita dapat mengetahui pengertian
cerpen serta bagaimana cara menganalisis unsur intrinsik cerpen yang meliputi :
tema, tokoh, penokohan, alur, latar, amanat, tahapan alur, gaya bahasa, serta
nilai-nilai kehidupan yang ada dalam cerpen “Demi Ibu”. Disamping itu kita juga
dapat mengetahui nilai kehidupan yang dapat diteladani dan membandingkan nilai
kehidupan dalam cerpen dengan kehidupan sehari-hari pada cerpen diatas.
B.
Saran
Penulis
berharap agar makalah ini dapat :
Ø Meningkatkan minat pembaca untuk membaca
Ø Menambah sumber buku di perpustakaan sekolah
Ø Menambah wawasan atau pengetahuan tentang unsur
intrinsik cerpen
DAFTAR
PUSTAKA
……,…… Simpati
Bahasa Indonesia Kelas 9. Surakarta : Grahadi
animasku.com/pengertian-dan-ciri-ciri-cerpen/
Bersaha.blogspot.com/…/pengertian-cerpen-menurut-para-ahli.html
www.trigonalworld.com/.../pengertian-tema-menurut-para-ahli.html
www.trigonalworld.com/.../pengertian-plot-atau-alur-menurut-para-.html
https://sites.google.com/site/melacakilmu/.../perwatakandanpenokohan