Selasa, 28 Januari 2014

ANALISIS UNSUR INTRINSIK CERPEN DEMI IBU KARYA : NADIATUL KHAIR

ANALISIS UNSUR INTRINSIK
CERPEN DEMI IBU
KARYA : NADIATUL KHAIR


DISUSUN OLEH :
NAMA      : SELVY FARADILA
NISN       : 9998170358
KELAS      : IX A

DINAS PENDIDIKAN DAN OLAHRAGA
SMP N 3 LUBUK BASUNG
TAHUN PELAJARAN 2013/2014



PENGESAHAN
Persetujuan Pembimbing

Judul           : Menganalisis Unsur Intrisik Cerpen Demi Ibu
Nama           : Selvy Faradila
NISN           : 9998170358
Kelas           : IX A









Lubuk Basung, Desember 2013

Disetujui Oleh
Wali Kelas                                                                 Guru Pembimbing


         YENI GUSNITA SSi                                                  PRILDAYETTI
  NIP.19750812 200604 2 002                                   NIP. 19590430 198301 2 001

Diketahui oleh :
Kepala Sekolah


FIRZAL SPd.MM
  NIP. 19640522 198803 1 004




KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyiapkan tugas Bahasa Indonesia tentang “Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen dengan Judul ‘Demi Ibu’ karya Nadiatul Khair” ini dengan baik, walaupun masih banyak kekurangan.
          Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1.     Buk Prildayetti selaku guru Bahasa Indonesia yang telah mengajarkan dan memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyusun serta membuat makalah ini.
2.    Papa dan Mama yang telah membimbing dan memberikan motivasi serta materi kepada penulis dalam menyiapkan tugas ini.
3.    Serta rekan-rekan kelas IX A yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan tugas ini.
Besar harapan penulis makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta dapat memberikan tambahan wawasan bagi pembaca khususnya tentang menganalisis unsur intrinsik cerpen.
           Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini menjadi lebih baik.

          Lubuk Basung, Desember 2013
                                                         

                                                                             Penulis      




DEMI IBU
CERPEN NADIATUL KHAIR

Setelah Gilang keluar baru teringat olehku hal yang mau aku tanyakan padanya, tapi kalau aku tanya sekarang pasti dia akan semakin ketus padaku, lebih baik aku tanya sama dia saat dia tidak ketus lagi padaku. Hari pertama aku masuk kesekolah baruku, rasanya deg-deg an, sebelum berangkat kami semua sarapan pagi bersama dan saat itu teringat olehku bagaimana keadaan ibu sekarang di kampung, perasaan sedih itu muncul lagi tapi aku tidak boleh memperlihatkan kesedihanku di depan om dan tante. Sarapan pun selesai dan kami pun minta izin untuk pergi kesekolah.
“Try, kamu sama aku saja ya pergi sekolahnya?” tanya Kak Fikry padaku.
“Iiii……” langsung di potong Gilang.
“Tidak, Try pergi kesekolahnya bareng gue !” ucap Gilang sambil menarikku ke motornya. Dan aku pun akhirnya pergi ke sekolah bersama Gilang, saat di atas motor suasana pun menjadi hening, Gilang juga tak mengeluarkan 1 patah kata pun untukku dari mulutnya.
“Apakah dia marah padaku ?” tanyaku dalam hati.
“Lang..” panggilku dari belakang.
“Iya, ada apa ?” jawabnya dingin.
“Lang, kamu kenapa sih kok ketus-ketus gitu padaku,memangnya aku ada salah apa sama kamu ?” tanyaku memberanikan diri.
“Gak kenapa-kenapa kok.” Jawabnya singkat.
Sungguh aku merasa kesal dengan sikapnya dan aku memutuskan untuk diam saja, sampai setengah jam perjalanan aku dan Gilang sampai di sekolah. Saat aku turun dari motor aku merasa asing dengan suasana yang sekarang dan Gilang pun mulai berjalan menuju kelasnya tapi aku tetap menyikutinya. Saat aku masuk dari gang sekolah aku sudah menjadi pusat perhatian anak-anak satu sekolah.
“Aduh malunya lagi….” ucapku dalam hati.
Sampai juga aku dan Gilang di kelasnya dan aku memilih tempat duduk disamping Gilang karena aku belum kenal dengan teman sekelasku. Bel masuk pun bunyi, tak lama kemudian masuklah guru yang mengajar di jam pertama dan beliau memanggilku kedepan kelas untuk memperkenalkan diri.
“Fitry, silahkan kenalkan dirimu !” ucap guru yang mengajar.
“Iya buk.” jawabku singkat.
“Assalamualaikum…” kata pertama yang aku ucapkan.
“Waalaikum salam…” jawab teman-teman sekelasku bersamaan.
“Perkenalkan nama aku Fitry Haryani, aku berasal dari sekolah ……… dan disini aku tinggal bersama Gilang di rumahnya.” ucapku sambil menunjuk kearah Gilang. Ternyata semua siswa di kelas lansung melirik kearah Gilang, banyak bertanya dan Gilang hanya diam dan menatapku tajam.
“Lang, apa benar itu ?” tanya seluruh siswa didalam kelas bergantian. Setelah selesai akupun kembali ke tempat dudukku. Jam pelajaran pun berakhir dan semua siswa diperbolehkan keluar kelas, aku melihat Gilang pergi bersama temannya rasanya aku mau ikut tapi aku takut nanti Gilang akan menjadi tambah ketus padaku dan akhirnya aku memutuskan untuk pergi sendirian.
Tempat yang pertama sekali aku kunjungi di sekolah baruku adalah perpustakaan karena hobiku membacalah yang membuatku memutuskan untuk mengunjungi tempat ini dan disini aku berkenalan dengan teman baruku bernama Sinta dan Yandi. Karena hobi kami yang sama, sejak berkenalan di perpus kami pun menjadi tambah akrab dan pertanyaanku sewaktu aku di kereta sudah terjawab walau tak semuanya. Setelah sebulan lebih bersekolah akhirnya aku mempunyai banyak teman dan juga prestasiku semakin hari semakin meningkat.
Dihari libur sekolah aku tak tahu mau ngapain lagi karena semua tugas yang diberikan sudah aku selesaikan, tiba-tiba aku teringat dengan ibuku. Rasanya ingin pulang, aku ingin bertemu dengan ibu.
“Tante, liburan sekolah besok aku pulang kampung ya, tan ?” ucapku.
“Kamu sudah kangen ibumu ya, Try ?” tanya tante sambil tersenyum.
“Iya tan,” jawabku.
“Iya, tidak apa-apa tapi kamu perginya diantar Gilang pake mobil saja ya, Try.” ucap tante Soraya.
“Tidak usah tante, aku perginya sendiri saja, aku takut merepotkan Gilang,” jawabku.
“Tidak apa-apa Try, nanti tante bilang pada Gilang.” ucap tante Soraya.
Beberapa bulan sekolah akhirnya aku melaksanakan ujian semester pertamaku di sekolah baru dan beberapa minggu setelah ujian hasilnya pun keluar, aku sangat senang sekali karena aku mendapat juara pertama di kelas, aku sangat-sangat senang. Sepulang sekolah aku buru-buru pergi kekamar dan berkemas. Hari yang tunggu-tunggu akhirnya datang juga dan ternyata Gilang mau mengatarku pulang, aku dan Gilang minta izin pada om dan tante.
“Try, tante titip salam ya untuk ibumu, dan bilang pada ibumu kalau tante belum bisa ikut kamu sekarang,” ucap tante Soraya.
“Iya tante, setiba di kampung akan aku sampaikan pada ibu,” jawabku.
“Tante, om, aku pergi dulu ya, assalamualaikum.” ucapku sebelum berangkat.
“Waalaikum salam, hati-hati dijalan.” balas tante Soraya.
Diperjalanan aku dan Gilang hanya diam saja, tak ada 1 patah kata pun yang keluar dari mulut kami berdua. Setelah beberapa jam akhirnya Gilang memulai pembicaraan.
“Try..” panggil Gilang.
“Iya,” jawabku singkat.
“Try, maaf ya, atas semua sikap aku padamu yang selalu ketus.” ucap Gilang.
“Gimana ya ?” jawabku bercanda.
“Apa kamu mau memaafkan ku ?” tanya Gilang lagi.
“Aku akan maafin kamu tapi kamu bilang padaku kenapa kamu ketus seperti itu padaku.” jawabku lagi.
“Awal kamu kerumah aku sangat kesal Try, soalnya waktu kamu datang aku dan teman-temanku berencana untuk pergi kemping bersama tapi mama melarangku karena kedatanganmu dan aku gak pernah suka berbagi kamar dengan oranglain tapi karena itu maunya mama aku menurutinya.” jelas Gilang.
“Aku tak pernah marah padamu Lang, aku juga mengerti dengan posisi kamu waktu itu dan kamu juga harus tahu kalau aku pindah sekolah juga karena ibu Lang, aku gak mau menyetujui keputusan ibu walau dengan berat hati Lang.” jawabku tersenyum. Setelah beberapa jam bercerita-cerita akhirnya aku sampai juga di rumah.
“Assalamualaikum. Ibu,ibu,ibu……” ucapku di luar.
“Waalaikum salam.” jawab ibu dari dalam sambil membukakan pintu.
“Ibu…” ucapku sambil memeluk erat ibuku.
“Fitry…” jawab ibu.
“Ibu, aku rindu ibu, bu.” ucapku lagi.
“Ibu juga merindukanmu nak…” jawab ibu.
“Oooh iya bu, bu ini Gilang anaknya Tante Soraya, bu.” ucapku sambil memperkenalkan Gilang pada ibu.
“Udah besar nak Gilang ternyata ya..” ucap ibu sambil tersenyum.
“Iya tante..” jawab Gilang tersenyum.
“Ayo, ayo masuk nak..” ucap ibu pada Gilang.
Setelah masuk aku lansung pergi kekamarku, soalnya aku sudah rindu dengan suasana kamarku, setelah puas menikmati suasana kamarku lagi akupun bergegas keluar untuk melihatkan hasil ujianku pada ibu dan kelihatannya ibu sangat senang sekali. Selama dirumah aku membantu ibu bekerja diladang dan Gilang anak kota pun juga membantu kami, senang sekali rasanya melakukan kegiatan yang sering aku lakukan bersama ayah dan ibuku.
Setelah 1 minggu di rumah aku dan Gilang pun harus kembali ke Semarang karena lusa kami sudah mulai masuk sekolah, sebelum berangkat aku meminta ibu untuk mengantarkan ku kepemakaman ayah.
“Bu, aku rindu dengan ayah bu, bu antarkan aku ke pemakaman ayah ya, bu ?” ucapku pada ibu.
“Iya nak, ibu juga kangen dengan ayah mu.” jawab ibu.
Aku, ibu dan Gilang pergi ke pemakaman ayah disana aku meneteskan air mata karena sudah terlalu rindu padanya. Setelah berdo’a aku, ibu dan Gilang pergi dari pemakaman dan sesampai di rumah aku dan Gilang pamit pada ibu sebelum kami berangkat.
“Ibu, aku pergi dulu ya bu, jaga diri ibu baik-baik, ibu liburan besok aku juga akan pulang lagi bu…” ucapku pada ibu.
“Iya nak, kamu hati-hati disana ya, jaga dirimu baik-baik.” Jawab ibu.
“Tante, aku juga pamit ya..” ucap Gilang.
“Iya nak Gilang, hati-hati bawa mobilnya ya.” ucap ibu lagi.
“Iya tante.” Jawab Gilang.
“Bu, aku pergi dulu ya, assalamualaikum, bu.” ucapku.
“Waalaikum salam, hati-hati dijalan..” jawab ibu.
Di perjalanan terjadi suatu musibah pada Fitry dan Gilang, mereka ditabrak oleh mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi dan untung saja mereka selamat dari maut tapi sayangnya Fitry mengalami cedera pada tulang punggungnya sehingga dia harus dibawa kerumah sakit secepatnya. Setelah sampai di rumah sakit Gilang lansung menelfon mama dan papanya dan mereka sangat kaget sekali.
“Halo mama, ma. Lang dan Fitry mendapat musibah ma, dan sekarang Fitry lagi kritis ma, mama, mama bilangin Kak Fikry agar menjemput tante Rani ke rumahnya ma, takutnya kalau Lang telfon nanti tante Rani bisa syok ma..” ucap Gilang pada tante Soraya.
Beberapa jam setelah Gilang nelfon, akhirnya tante Soraya dan suaminya datang dan ibuku juga datang bersama kak Fikry, saat itu kondisiku sangat tak meyakinkan untuk bisa terselamatkan lagi karena cedera yang ku alami terlalu parah tapi yang maha kuasa berkata lain dan aku pun selamat.
Beberapa minggu dirawat akupun di perbolehkan pulang dan tante Soraya meminta ibu untuk tinggal bersama di Semarang dan ternyata ibu menerima permintaan tante Soraya dan akhirnya aku dan ibu kembali bersama, aku dan Gilangpun baikkan dan kami berdua semakin dekat saja dan aku mendapatkan teman-teman yang baik disekolahku yang baru. Setelah tamat sekolah aku diterima di Universitas yang aku inginkan dan juga aku sudah bisa membahagiakan ibuku. Kenangan aku bersama ayah dan teman-temanku tak kan pernah ku lupakan sampai kapan pun dan aku akan mengenangnya selama-lamanya.(***)




BAB I
PENDAHULUAN
1.1          LATAR BELAKANG
Cerpen merupakan salah satu bentuk karya sastra selain novel dan roman. Cerpen merupakan karangan fiktif yang berisi sebagian kehidupan seseorang atau kehidupan yang diceritakan secara ringkas yang berfokus pada suatu tokoh (abcdanis.blogspot.com). Karena bentuknya pendek, cerpen yang menurut penceritaan yang serba ringkas, tidak sampai pada detil-detil khusus yang lebih bersifat memperpanjang cerita. Cerpen sebagai karya fiksi dibangun oleh unsur-unsur pembangun di dalamnya, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
 Sebagai karya sastra prosa, cerpen memiliki unsur dalam (intrinsik) yang membangunnya. Unsur intrinsik adalah unsur dalam yang membentuk penciptaan karya sastra. Unsur intrinsik yang terdapat pada karya sastra diantaranya, tema, tokoh, latar, penokohan, alur, sudut pandang, amanat, gaya bahasa, tahapan alur, nilai kehidupan, dan lain-lain. Unsur-unsur tersebut membentuk kesatuan yang utuh, satu unsur akan mempengaruhi unsur lainnya. Dalam hal ini, saya akan menganalisis unsur instrinsik cerpen yang berjudul  “Demi Ibu”.
1.2         BATASAN MASALAH
Dengan adanya unsur intrinsik dan ekstrinsik  yang membangun suatu karya sastra, maka saya akan mencoba untuk menganalisis unsur intrinsik cerpen yang berjudul “Demi ibu” karya Nadiatul Khair.

1.3         RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah diatas, saya mencoba mengidentifikasi jalan cerita tersebut, diantaranya :
a.    Apa pengertian cerpen ?
b.    Bagaimana unsur intrinsik cerpen “Demi Ibu” karya Nadiatul Khair ?
c.    Apa bentuk nilai-nilai kehidupan yang terdapat dalam cerpen tersebut ?

1.4         TUJUAN PENULISAN
Analisis unsur intrinsik cerpen “ Demi Ibu “ karya Nadiatul Khair bertujuan untuk mendiskripsikan tema, tokoh, latar, penokohan, alur, sudut pandang, amanat yang tersirat, nilai kehidupan dalam cerpen, membandingkan nilai kehidupan dalam cerpen dengan kehidupan sehari-hari, dan meneladani nilai kehidupan dalam cerpen ini. Disamping itu, penulisan makalah ini juga bertujuan untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia.



BAB II
KERANGKA TEORI DAN PEMBAHASAN

2.1     PENGERTIAN CERPEN
Ä  Pengertian Cerpen Menurut Hendy (1991:184) adalah kisahan pendek yang mengandung kisahan tunggal.
Ä  Pengertian Cerpen Menurut J.S. Badudu (1975:53) adalah cerita yang menjurus dan konsentrasi berpusat pada satu peristiwa, yaitu peristiwa yang menumbuhkan peristiwa itu sendiri.
Ä  Sedangkan menurut Susanto dalam Tarigan (1984 : 176)           cerita pendek adalah cerita yang panjangnya sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi rangkap yang terpusat dan lengkap pada dirinya sendiri.
Ä  Lalu menurut Sumardjo dan Saini (1997 : 37) mengatakan bahwa cerita pendek adalah cerita atau parasi (bukan analisis argumentatif) yang fiktif (tidak benar-benar terjadi tetapi dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, serta relatif pendek).
Ä  Aoh. KH, mendefinisikan bahwa cerpen adalah salah satu ragam fiksi atau cerita rekaan yang sering disebut kisahan prosa pendek.
2.2     TEMA
                   Tema yaitu pokok pikiran atau inti cerita sebuah karya sastra. Tema   juga sering disebut sebagai pokok cerita. Berdasarkan teori, tema mempunyai pengertian sebagai berikut :
v  Tarigan (1993:125) mengemukakan bahwa  tema adalah pandangan hidup yang tertentu atau perasaan tertentu mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-nilai tertentu yang membentuk atau membangun dasar/gagasan utama dari suatu karya sastra.
v  Aminudin (1995:91) : tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptanya.
                   Tema dalam cerpen “Demi Ibu” adalah KEKELUARGAAN
2.3     Tokoh
                   Tokoh yaitu pelaku yang terlibat dalam cerita. Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita, sedangkan penokohan adalah cara sastrawan menampilkan tokoh (Aminuddin, 1984:85). Ditinjau dari peranan dan keterlibatan dalam cerita, tokoh dapat dibedakan atas :
  1. Tokoh primer/utama
  2. Tokoh sekunder/tokoh bawahan
  3. Tokoh komplementer/tokoh tambahan(Sudjiman, 1988:17-20; Sukada, 1987:160; Aminuddin:85-87).
                   Tokoh atau pelaku yang terdapat dalam cerpen ini diantaranya :
*      Fitry /Aku ( tokoh utama)
*      Gilang
*      Kak Fikry
*      Tante Soraya
*      Tante Rani ( Ibu Fitry )
*      Om
*      Sinta
*      Yandi
2.4     Latar
Latar yaitu penggambaran baik itu tempat, waktu, maupun suasana yang dihadirkan atau disajikan dalam suatu cerpen. Menurut Tarigan (1984:136) latar atau setting adalah latar belakang fisik, unsur tempat dan ruang dalam suatu cerita.
Dalam suatu cerita latar dibentuk melalui segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya suatu peristiwa. Latar ini ada tiga macam, yaitu:
a.    Latar waktu
Latar waktu berhubungan dengan kapan terjadinya peristiwa dalam cerita.
b.    Latar tempat
Latar tempat berhubungan dengan dimana terjadinya peristiwa yang merujuk pada lokasi terjadinya peristiwa dalam cerita.
c.    Latar suasana
Latar suasana merujuk pada keadaan atau perasaan tokoh dalam cerita tersebut.
Dalam cerpen ini, dapat kita ketahui bahwa latar yang ada pada cerpen tersebut adalah
*         Waktu
Ä  Pagi hari
Ä  Saat jam pelajaran pertama
Ä  Saat jam pelajaran berakhir
Ä  Di hari libur
*         Tempat
Ä  Diatas motor
Ä  Di sekolah
Ä  Di kelas
Ä  Di perjalanan ke kampung
Ä  Di rumah
Ä  Di kamar
Ä  Di pemakaman
Ä  Di ladang
Ä  Di rumah sakit
*            Suasana
Ä  Sedih
Ä  Hening
Ä  Malu
Ä  Senang


2.5     Penokohan
          Penokohan yaitu cara pengarang menyampaikan sifat atau karakter pada masing-masing tokoh/pelaku dalam cerpen tersebut. Biasanya pengarang menyampaikannya tidak secara tersurat, melainkan tersirat atau kita dapat mengetahui sifat pelaku setelah membaca dan memahami cerpen tersebut. Esten (1984:27) mengemukakan bahwa   “Penokohan yang baik adalah penokohan yang berhasil menggambarkan tokoh-tokoh tersebut yang mewakili tipe-tipe manusia yang dikehendaki tema dan amanat”.
          Penokohan pada masing-masing tokoh dalam cerpen Demi Ibu diantaranya :
*      Fitry/Aku         : Patuh pada orang tua, pengertian, pintar, sabar, dan pemaaf.
*      Gilang               : Patuh pada orang tua, ketus, dingin, baik, berani mengakui kesalahan, kurang hati-hati.
*      Tante Soraya    : Baik, pengertian, perhatian.
*      Tante Rani        : Penyayang ( ingin yang terbaik untuk anaknya)
2.6     Alur
          Alur yaitu rangkaian peristiwa yang disusun berdasarkan waktu terjadinya cerita. Menurut Aminudin (1991:126) alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalani suatu cerita bisa berbentuk dalam rangkaian peristiwa yang berbagai macam. Sedangkan menurut Rusyana (1987:67) bahwa alur bukan sekedar urutan cerita dari A sampai Z, melainkan merupakan hubungan sebab-akibat peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain di dalam cerita.
          Alur dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
a.    Alur maju
          Alur maju yaitu pengarang menceritakan peristiwa dari awal sampai akhir cerita atau berurutan.
b.    Alur mundur
          Alur mundur yaitu pengarang menceritakan peristiwa dari akhir ke awal cerita.
c.    Alur campuran
          Alur campuran yaitu pengarang menceritakan peristiwa secara acak bisa dari waktu yang sekarang (awal) lalu diceritakan ke waktu yang lampau dan kembali lagi ke awal.
Alur pada cerpen demi ibu adalah maju, karena penulis     menceritakan pengalamannya dari mulai masuk sekolah di Semarang sampai akhirnya dia diterima di Universitas yang diinginkannya.
Fitry mulai masuk sekolah barunya di Semarang. Beberapa bulan sekolah, prestasinya semakin hari semakin meningkat dan mendapatkan juara pertama. Hari libur Fitry pulang ke rumahnya untuk melepas rindu dengan ibunya. Seminggu di rumah, dia kembali ke Semarang karena harus masuk sekolah. Setelah tamat, Fitry melanjutkan pendidikannya di Universitas yang diinginkannya. Dan Fitrypun dapat membahagiakan ibunya.
2.7     Sudut Pandang
                   Sudut pandang adalah posisi pengarang pada saat menuturkan cerita.
                   Sudut pandang terbagi atas :
a.    Sudut pandang orang pertama pelaku utama
Pada sudut pandang ini, pengarang sekaligus menjadi tokoh utama yang biasanya menggunakan kata ganti aku, saya, beta, hamba, dan lain-lain . Penulis adalah “aku” sebagai tokoh utama cerita dan mengisahkan dirinya sendiri, tindakan, dan kejadian disekitarnya.
b.    Sudut pandang orang pertama pelaku sampingan
Pada sudut pandang ini pengarang memakai kata ganti aku, tetapi dalam pemeranannya dia tidak sepenuhnya masuk ke dalam cerita. Misalnya pada awal cerita pengarang masuk kedalam cerita, ditengah cerita terlibatlah orang lain dalam cerita, diakhir cerita pengarang masuk lagi ke dalam cerita.
c.    Sudut pandang orang ketiga  serba tahu

Sudut pandang ini menggunakan kata ganti mereka, ia, dia, atau sebutan nama.
Berdasarkan teori diatas, maka sudut pandang pada cerpen “Demi Ibu” adalah orang pertama pelaku utama. Karena menggunakan kata aku.
2.8        Amanat
Amanat yaitu pesan yang disampaikan pengarang kepada pembaca melalui cerita yang disajikan oleh pengarang. Pengarang menyampaikan pesan kepada pembaca secara tersirat ( tersembunyi ) kita dapat menyetahui apa yang disampaikan pengarang kepada kita setelah membaca dan memahami cerita secara keseluruhan. Menurut Andy Santoso (1999 : 25) amanat merupakan pesan yang tersirat/hal yang dapat di ambil dan direnungi dari persitiwa dalam cerpen tersebut.
Berdasarkan teori diatas, maka pesan yang dapat kita ambil dari cerpen ini adalah :
*      Jadilah anak yang patuh pada orang tua karena setiap orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya.
*      Kita harus bisa menjadi orang pemaaf, karena dengan saling memaafkan akan lebih mempererat tali persaudaraan.
*      Rajinlah belajar sehingga bisa membuat orang terdekat kita menjadi sayang dan bangga pada kita.
2.9        Gaya Bahasa
Gaya bahasa atau majas adalah bentuk bahasa yang digunakan pengarang dalam menulis cerpen. Gaya bahasa atau majas digunakan pengarang untuk menarik minat pembaca sekaligus untuk memperindah karya sastra yang diciptakannya.
Baribin (1985:64) berpendapat bahwa gaya bahasa adalah tingkah laku pengarang dalam menggunakan bahasa.
Menurut Wiyatmi (2009:42) gaya (gaya bahasa) merupakan cara pengungkapan seorang yang khas bagi seorang pengarang. Gaya meliputi penggunaan diksi (pilihan kata), imajeri (citraan), dan sintaksis (pilihan pola kalimat). 
          Dengan adanya beberapa teori mengenai gaya bahasa, maka dalam cerpen ini tidak terdapat gaya bahasa. Karena semua kata dan kalimat dalam cerpen ini tidak menyimpang dari arti sebenarnya.
2.10      Tahapan Alur
Tahapan alur dapat dibagi atas beberapa tahap, diantaranya :
Ä  Tahap pengenalan : pada tahap ini, alur menceritakan pelaku/tokoh ataupun latar cerita.
Ä  Tahap penampilan masalah : pada tahap ini menceritakan persoalan yang di hadapi pelaku cerita.
Ä  Tahap konflik : pada tahap ini digambarkan terjadinya perbedaan pendapat atau permasalahan antara tokoh protagonis dan antagonis.
Ä  Klimaks : pada tahap ini, pokok permasalahan sudah mencapai puncaknya.
Ä  Tahap penyelesaian : pada tahap ini, permasalahan yang terjadi sudah dapat diatasi.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka tahapan alur pada cerpen diatas adalah :
Fitry ingin tahu mengapa Gilang ketus padanya. Diperjalanan ke sekolah barunya, Fitry memberanikan diri untuk bertanya “Lang, kenapa sih kamu ketus-ketus gitu padaku, memangnya aku ada salah apa sama kamu ?” Gilang hanya menjawab dengan dingin “Gak kenapa-kenapa kok.” Fitry sungguh kesal dengan sikap Gilang, tapi dia hanya bisa diam dan bersabar.
Waktu istirahat di sekolah, Fitry takut menghampiri Gilang yang sedang bersama teman-temannya dan Fitry memutuskan untuk pergi ke perpustakaan. Di sana Fitry berkenalan dengan Sinta dan Yandi.
Beberapa bulan sekolah, Fitry melaksanakan ujian dan mendapat juara pertama. Fitry meminta izin pulang kampung kepada Tante Soraya karena sudah rindu dengan sosok ibunya. Akhirnya Tante Soraya mengizinkannya dan diantar oleh Gilang dengan mobilnya.
Diperjalanan pulang, Gilang memulai pembicaraan dan meminta maaf kepada Fitry karena sikapnya yang ketus pada Fitry. Setelah seminggu dirumah dan telah melepas rindu pada ibunya ( Tante Rani ), Fitry meminta izin untuk kembali ke Semarang. Karena kurang hati-hati mengendarai mobil, terjadilah kecelakaan. Fitry mengalami cedera tulang punggung, untung saja dia bisa selamat.
Setelah tamat sekolah Fitry diterima di Universitas yang diinginkannya dan dapat membahagiakan ibunya. Kenangan itu tidak dapat dilupakannya.
2.11       Nilai-nilai Kehidupan
Nilai merupakan sesuatu yang bermakna dalam hidup seseorang. Nilai dalam suatu karya sastra biasanya samar-samar/ tersirat. Nilai kehidupan yang biasanya terkandung dalam karya sastra :
¯  Nilai moral berhubungan dengan perilaku dan pembentukan akhlak.
¯  Nilai sosial berhubungan dengan hubungan antarmanusia dalam lingkungan tertentu.
¯  Nilai budaya berhubungan dengan kebiasaan, adat istiadat, dan pola piker masyarakat tertentu.
¯  Nilai agama berhubungan dengan norma-norma agama.
¯  Nilai psikologi berhubungan dengan kondisi kejiwaan/batin tokoh-tokohnya.
¯  Nilai pendidikan berhubungan dengan perilaku baik, dewasa, bermanfaat, dapat memilah baik dan buruk.
Dengan adanya pembagian nilai kehidupan dalam karya sastra, maka nilai kehidupan yang ada dalam cerpen Demi ibu adalah :
a.    Nilai Moral : Nilai yang berhubungan dengan perilaku dan pembentukan  akhlak.
Nilai moral yang positif dalam cerpen ini terdapat pada sikap Fitry (aku) yang selalu sabar dan mengerti dengan sikap Gilang yang ketus padanya. “Sungguh aku merasa kesal dengan sikapnya dan aku memutuskan untuk diam saja.” Selain itu watak Gilang yang berani mengakui kesalahan juga termasuk nilai moral “Try, maaf ya, atas semua sikap aku padamu yang selalu ketus.” ucap Gilang. Sedangkan nilai moral yang negatif terdapat pada sikap Gilang yang ketus pada Fitry. “Setelah Gilang keluar baru teringat olehku hal yang mau aku tanyakan padanya, tapi kalau aku tanya sekarang pasti dia akan semakin ketus padaku.”. Disamping itu, Gilang juga kurang hati- hati mengendarai mobilnya “Di perjalanan terjadi suatu musibah pada Fitry dan Gilang, mereka ditabrak oleh mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi………”

b.    Nilai sosial : nilai yang berhubungan dengan hubungan antar manusia dalam lingkungan tertentu.
Nilai sosial positif yang ada dalam cerpen ini yaitu sikap Fitry (aku) dan Gilang yang patuh pada ibunya “Awal kamu kerumah aku sangat kesal Try, soalnya waktu kamu datang aku dan teman-temanku berencana untuk pergi kemping bersama tapi mama melarangku karena kedatanganmu dan aku gak pernah suka berbagi kamar dengan oranglain tapi karena itu maunya mama aku menurutinya.” jelas Gilang.
“Aku tak pernah marah padamu Lang, aku juga mengerti dengan posisi kamu waktu itu dan kamu juga harus tahu kalau aku pindah sekolah juga karena ibu Lang, aku gak mau menyetujui keputusan ibu walau dengan berat hati Lang.” jawabku tersenyum. Dan Fitry juga orang yang pemaaf. “Aku akan maafin kamu tapi kamu bilang padaku kenapa kamu ketus seperti itu padaku.” “Aku tak pernah marah padamu Lang,……”  Selain Fitry, Tante Rani juga memiliki nilai sosial yang positif, yaitu sebagai orang tua ingin yang terbaik untuk anaknya, sehingga dia rela berpisah dan menyuruh anaknya untuk sekolah dikota. “……kamu juga harus tahu kalau aku pindah sekolah juga karena ibu Lang, aku gak mau menyetujui keputusan ibu walau dengan berat hati Lang.”  Tante Soraya memiliki sifat yang pengertian “Kamu sudah kangen ibumu ya, Try ?” tanya tante sambil tersenyum. Iya, tidak apa-apa tapi kamu perginya diantar Gilang pake mobil saja ya, Try.” ucap tante Soraya.
c.    Nilai Pendidikan : berhubungan dengan perilaku baik, dewasa, bermanfaat, dapat memilah baik dan buruk.
Nilai pendidikan positif dalam cerpen ini adalah Fitry (aku) yang pintar “aku sangat senang sekali karena aku mendapat juara pertama di kelas,”
2.12   Membandingkan Nilai Kehidupan dalam Cerpen dengan Kehidupan Sehari-hari
Sikap sabar yang dilakukan Fitry pada Gilang tidak sama dengan sikap yang saya lakukan karena saya benci atau sakit hati apabila orang yang menganggap saya salah, tetapi dia tidak mau langsung mengungkapkan dimana salah saya.
Patuh kepada kedua orang tua yang dilakukan Gilang dan Fitry sama dengan yang saya lakukan dengan kedua orang tua, karena saya menyadari bahwa apa yang dilakukan orang tua pasti yang terbaik untuk anaknya.
Sikap ketus apabila ada orang yang ingin menghambat rencana yang akan dilakukan Gilang juga kadang-kadang sama dengan yang saya lakukan apalagi rencana untuk berkumpul bersama teman-teman.
Kecerobohan atau ketidak hati-hatian Gilang juga sama dengan yang saya. Kadang-kadang saya ceroboh dan kurang hati-hati dalam melaksanakan sesuatu. Apalagi dalam hal yang belum pernah saya lakukan sebelumnya.
2.13   Meneladani Nilai Kehidupan dalam Cerpen
Sikap yang ditampilkan oleh masing-masing tokoh dalam cerpen ada yang bernilai positif dan ada yang bernilai negatif. Sifat bernilai positif adalah suatu sikap yang baik yang bisa dicontoh atau diteladani oleh orang banyak.
Berdasarkan cerpen “Demi Ibu” karya Nadiatul Khair, kita dapat meneladani sikap:
1.     Mematuhi perintah orang tua
Bukti :  Fitry dan Gilang yang mematuhi perintah ibunya meski hatinya merasa agak berat untuk melakukannya.
2.    Sabar dan tekun
Bukti : Berkat kesabaran dan ketekunan Fitry, maka dia mendapat juara pertama di sekolahnya.
3.    Berani mengungkapkan kesalahan
Bukti : Gilang tidak enggan atau malu untuk mengungkapkan kesalahan yang dilakukannya selama ini dengan Fitry.
4.    Pemaaf
Bukti : Fitry memaafkan semua kesalahan Gilang.




BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Setelah menganalisis unsur intrinsik cerpen diatas, kita dapat mengetahui pengertian cerpen serta bagaimana cara menganalisis unsur intrinsik cerpen yang meliputi : tema, tokoh, penokohan, alur, latar, amanat, tahapan alur, gaya bahasa, serta nilai-nilai kehidupan yang ada dalam cerpen “Demi Ibu”. Disamping itu kita juga dapat mengetahui nilai kehidupan yang dapat diteladani dan membandingkan nilai kehidupan dalam cerpen dengan kehidupan sehari-hari pada cerpen diatas.
B.    Saran
Penulis berharap agar makalah ini dapat :
Ø  Meningkatkan minat pembaca untuk membaca
Ø  Menambah sumber buku di perpustakaan sekolah
Ø  Menambah wawasan atau pengetahuan tentang unsur intrinsik cerpen


DAFTAR PUSTAKA
……,…… Simpati Bahasa Indonesia Kelas 9. Surakarta : Grahadi

animasku.com/pengertian-dan-ciri-ciri-cerpen/
Bersaha.blogspot.com/…/pengertian-cerpen-menurut-para-ahli.html
www.trigonalworld.com/.../pengertian-tema-menurut-para-ahli.html
www.trigonalworld.com/.../pengertian-plot-atau-alur-menurut-para-.html

https://sites.google.com/site/melacakilmu/.../perwatakandanpenokohan